Host: “Selamat datang kembali di EduTalks, podcast tempat kita ngebahas dunia pendidikan dari berbagai sisi. Hari ini kita bakal ngobrolin topik yang lagi panas banget nih—deep learning. Bukan cuma buat dunia teknologi, tapi juga relevansinya buat pendidikan di Indonesia. Dan tentu aja, kita nggak sendiri. Gue bareng Bang Raka, pakar teknologi pendidikan dan dosen AI. Apa kabar, Bang?”
Raka: “Halo semua, halo juga Mas Ardi! Kabar baik, seneng banget bisa nimbrung dan ngobrolin deep learning, apalagi di konteks kurikulum Indonesia. Ini topik yang udah lama gue tunggu-tunggu.”
Host: “Oke, Bang. Langsung aja deh, mungkin banyak pendengar kita yang belum akrab banget sama istilah ‘deep learning’. Sebenernya, itu tuh apa sih?”
Raka: “Gampangnya gini, deep learning itu bagian dari artificial intelligence alias kecerdasan buatan. Dia tuh kayak otak buatan yang bisa belajar dari data besar—mirip manusia, tapi pakai jaringan saraf tiruan. Bayangin kayak otak kita, tapi versi digital. Nah, dengan itu, komputer bisa ngenalin wajah, suara, sampai bikin prediksi.”
Host: “Wah keren juga ya. Tapi kenapa ini penting buat pendidikan, Bang? Emang ada hubungannya?”
Raka: “Banget! Misalnya, bayangin kalau siswa punya sistem belajar yang tahu persis gaya belajarnya dia. Kalau dia lambat di matematika, sistem itu bakal kasih latihan yang pas. Kalau dia jago, ya langsung lompat ke level yang lebih tinggi. Itu semua bisa dilakukan dengan deep learning. Intinya: personalisasi.”
Host: “Jadi semacam guru digital ya?”
Raka: “Bener. Dan bukan cuma itu, guru juga bisa dibantu. Misalnya, analisa hasil belajar siswa, deteksi siapa yang butuh bantuan lebih awal, bahkan bikin soal otomatis. Hemat waktu, dan bisa fokus ke pengajaran yang lebih bermakna.”
Host: “Kalau ngomongin kurikulum Indonesia sekarang, menurut Bang Raka, udah siap belum nih masukin deep learning ke pelajaran?”
Raka: “Jujur aja ya, kita baru mulai. Kurikulum Merdeka udah ngasih ruang buat eksplorasi digital, tapi materi deep learning sendiri masih minim. Biasanya baru nongol di tingkat kuliah, itu pun di jurusan IT.”
Host: “Berarti siswa SMA atau SMK belum dapet tuh ya?”
Raka: “Belum. Padahal di negara lain, kayak China sama Korea Selatan, anak SMA udah belajar AI dari nol. Bahkan Finlandia bikin kursus AI gratis buat semua warga negaranya. Indonesia harus mulai mikir ke sana.”
Host: “Oke, terus gimana caranya supaya deep learning bisa masuk kurikulum kita?”
Raka: “Ada beberapa langkah sih. Pertama, kita butuh modul khusus buat ngenalin AI dan deep learning dari dasar. Bukan yang ribet, tapi yang fun—kayak bikin game sederhana pakai AI, atau proyek mini kayak chatbot.”
Host: “Wah itu menarik! Siswa pasti lebih engaged!”
Raka: “Exactly! Kedua, pelatihan guru. Karena kalau gurunya belum siap, susah juga. Kita perlu training, workshop, sampai sertifikasi buat guru. Nah, pemerintah bisa gandeng kampus dan industri teknologi buat bantu.”
Host: “Dan kayaknya butuh juga support dari infrastruktur ya?”
Raka: “Nah iya, ini PR banget. Banyak sekolah belum punya internet stabil, apalagi komputer buat running AI model. Solusinya bisa lewat cloud computing. Jadi sekolah tinggal login, nggak perlu punya hardware mahal.”
Host: “Tantangannya banyak juga ya. Tapi ada contoh suksesnya nggak sih?”
Raka: “Ada. Di beberapa SMK teknologi di Jakarta, udah mulai nyoba proyek AI sederhana. Mereka bikin aplikasi pendeteksi penyakit tanaman pakai image recognition. Itu udah pakai deep learning, lho. Simpel, tapi impactful banget.”
Host: “Gokil. Jadi, bukan mustahil ya diterapin?”
Raka: “Enggak. Justru kalau dimulai sekarang, 5-10 tahun lagi kita punya generasi yang nggak cuma melek teknologi, tapi bisa jadi inovator AI. Cuma ya itu tadi, harus ada dukungan kebijakan yang jelas.”
Host: “Nah, kalau bisa kasih saran ke pemerintah nih, Bang, apa yang paling urgent?”
Raka:
Host: “Mantap banget. Terakhir, pesan buat teman-teman guru dan siswa yang dengerin?”
Raka: “Buat guru: jangan takut belajar teknologi. Banyak banget resources yang bisa diakses gratis. Untuk siswa: AI dan deep learning itu bukan buat ‘anak jenius’ doang. Kalian bisa belajar dari sekarang. Dunia masa depan butuh orang kayak kalian.”
Host: “Oke, Bang Raka, makasih banyak udah ngobrol-ngobrol bareng kita hari ini. Seru banget, dan pastinya nambah wawasan!”
Raka: “Thanks juga, semoga makin banyak orang yang sadar pentingnya teknologi di pendidikan.”
Host: “Oke, itu tadi obrolan kita soal penerapan deep learning di kurikulum pendidikan Indonesia. Sampai jumpa di episode berikutnya, dan jangan lupa—belajar bisa dari mana aja, termasuk dari podcast kayak gini!”